PERCOBAAN 8
TEKNIK PREPARASI SAMPEL HASIL
PERTANIAN
Sub Judul : 1. Preparasi
Sampel Jagung dalam Analisis Aflatoksin B1
Tujuan :
Melakukan preparasi sampel pada
hasil pertanian (jagung) dalam analisis aflatoksin B1 dengan prosedur yang baik
dan benar.
Prinsip :
Biji
jagung dikeringkan dan dihaluskan hingga menjadi serbuk halus. Kemudian
diekstraksi menggunakan etanol yang selanjutnya dilakukan pengocokan
menggunakan shaker dan pemisahan endapan dari larutan menggunakan sentrifuge.
Dasar
Teori :
Jagung merupakan salah satu sumber karbohidrat yang memiliki banyak manfaat bagi
kesehatan tubuh. Jagung juga kaya akan serat dan sejumlah zat gizi lainnya
seperti vitamin B, dan C, karoten, kalium, zat besi, magnesium, fosfor, omega
6, dan lemak tak jenuh yang dapat membantu menurunkan kolesterol. Jagung dapat
diolah menjadi berbagai masakan yang enak, seperti direbus, dibakar maupun
dijadikan sebagai pop corn. Dibalik rasanya yang lezat, jagung memiliki
banyak sekali manfaat untuk kesehatan tubuh, di antaranya:
1.
Merawat kulit
Jagung kaya akan antioksidan yang membantu menjaga
kulit tetap muda lebih lama. Terlepas dari konsumsi secara teratur, jagung
dapat diaplikasikan sebagai minyak jagung merupakan sumber yang kaya asam
linoleat. Pati jagung juga berguna menenangkan iritasi kulit dan ruam.
2. Mencegah anemia
jagung manis bermanfaat bagi kesehatan karena kaya
akan vitamin B dan asam folat yang dapat mencegah anemia.
3. Melancarkan
air seni
Jagung kaya kalium yang bersifat diuretik (melancarkan
air seni) sehingga bisa mengatasi iritasi saluran kemih, menurunkan kadar asam
urat, dan mencegah batu ginjal.
4. Mengontrol
kolesterol
Vitamin C, karotenoid dan bioflavinoids yang
terkandung dalam jagung manis menjaga jantung tetap sehat dengan mengendalikan
kadar kolesterol dan meningkatkan aliran darah dalam tubuh.
5. Melancarkan
ASI
Untuk ibu-ibu sepertinya wajib mengonsumsi jagung
rebus, karena jagung rebus berguna untuk memperlancar air susu ibu.
6. Melancarkan pencernaan
Jagung mengandung serat sehingga bermanfaat besar bagi
sistem pencernaan. Selain itu, jagung bisa mencegah sembelit, wasir, dan
menurunkan risiko kanker usus besar.
Jagung merupakan salah satu komponen
penting dalam pakan ternak. Keperluan jagung untuk pakan dan industri pangan
lebih besar dibanding untuk konsumsi langsung. Kebutuhan jagung untuk pakan
diproyeksikan meningkat dari 3,34 juta ton pada tahun 2005 menjadi 4,90 juta
ton pada tahun 2010 (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian 2007). Komposisi jagung pada pakan ternak mencapai 60%. Oleh karena
itu, penggunaan jagung yang berkualitas baik sangat penting untuk menghasilkan
pakan yang bermutu baik. Masalah yang sering timbul dalam pemanfaatan jagung
sebagai bahan pangan maupun pakan adalah kontaminasi senyawa aflatoksin.
Senyawa ini dihasilkan oleh kapang Aspergilus flavus yang umumnya tumbuh
pada jagung yang berkadar air tinggi (>15%) akibat cara penyimpanan yang
kurang benar (Rachmawati 2004).
Secara kasat mata, kandungan
aflatoksin pada jagung dapat terlihat pada biji maupun tongkol yang berwarna
semu ungu sampai ungu, dan bila dilihat pada lampu florescens, warna ungu
tersebut akan berpendar. Namun, cara tersebut hanya dapat digunakan bila
kandungan aflatoksin pada jagung sudah tinggi. Berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI 2000), kadar aflatoksin maksimal pada jagung untuk pakan adalah
50 ppb (part per billion).
Aflatoksin
yang dihasilkan jamur aflatoksigenik terdapat pada tanaman jagung, barley,
kacang, beras, jagung, kedelai, gandum, dan biji sogum. Selain itu aflatoksin
dapat dipoduksi Aspegillus flavus
pada biji-bijian, buah, daging, keju, poduk olahan, dan rempah-rempah.
Aflatoksin bila terakumulasi pada tubuh baik manusia maupun ternak dapat
mengakibatkan hepatotoksik (kerusakan pada hati), hepatokasinogenik (kanker
hati), mutagenik (menimbulkan mutasi), teatogenik (menimbulkan penghambatan
pada pertumbuhan janin), maupun immunosupresif (kehilangan immunitas)
(Heathcote and Hibbert, 1978).
Secara
alami aflatoksin terdiri dari 4 (empat) komponen induk yaitu aflatoksi B1 (AFB1),
aflatoksin B2 (AFB2), aflatoksin G1 (AFG1),
dan aflatoksin G2 (AFG2) (Makfoeld., 1994). Selain
keempat jenis aflatoksin tersebut masih ada jenis lain yaitu aflatoksin M1, M2,
GM1, GM2, B2a, G2a, M2a, dan GM2a. Aflatoksin B1 memiliki toksisitas
yang paling tinggi diikuti beturut-turut oleh G1>B2>G2.
Aflatoksi B yang mempunyai daya racun yang paling kuat dapat
berubah menjadi jenis aflatoksin lain yang daya racunnya sudah berkurang.
Kontaminasi
jamur penghasil aflatoksin dapat terjadi pada saat tanaman tumbuh, saat panen,
selama penyimpanan, dan prosessing. Pada saat tanaman masih tumbuh di daerah
pertanian maka harus diperhatikan supaya jamur penghasil toksin ini tidak dapat
mengkontaminasi tanaman dengan melakukan pemupukan yang benar dan pemberantasan
hama penyakit. Panen harus dilakukan dengan baik, tidak terdapat bahan yang
dicurigai sebagai sumber kontaminan dan disimpan dengan kadar air yang sesuai.
Kondisi penyimpanan harus diperhatikan meliputi kelembaban udara, dan
temperatur ruang penyimpanan.
Bahan
yang sudah terkontaminasi oleh toksin perlu dilakukan detoksifikasi sebelum
bahan tersebut digunakan untuk berbagai keperluan terutama sebagai bahan
makanan. Detoksifikasi bukan hanya menurunkan konsentrasi toksin pada tingkat
yang aman, tetapi juga tidak menghasilkan produk degradasi yang bersifat
toksin, atau mengurangi nutrisi atau sifat palatabilitas dari komoditi. Dalam
usaha detoksifikasi perlu diperhatikan beberapa hal yaitu prosesnya sederhana,
memungkinkan dilaksanakan dengan teknologi yang ada, dan ekonomis.
Detoksifikasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu secara fisik, kimia, dan
biologi (Smith et all., 1994).
Bahan
:
·
Jagung
·
Etanol 60%
Alat
:
·
Copper
·
Erlenmeyer
·
Neraca analitik digital
·
Gelas Ukur
·
Tabung Sentrifuge
·
Shaker
·
Sentrifuge
Cara
Kerja :
Sampel
biji jagung dikeringkan dan dihaluskan lalu sampel diayak sampai halus. Sampel
jagung yang telah halus dan berbentuk serbuk ditimbang sebanyak 10,0014 gram
pada erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 50 mL etanol 60% . Erlemeyer ditutup
dengan alumunium foil, kemudian dilakukan pengocokan pada alat Shaker selama 15
menit. Setelah itu, larutan dituangkan ke dalam 4 tabung sentrifuge dengan
volume yang sama. Kemudian di lakukan pemisahan larutan dengan endapan dengan
alat Sentrifuge dengan kecepatan 1000 rpm selama 15 menit. Larutan yang jernih
diambil untuk analisis lebih lanjut.
Data
Pengamatan :
·
Nama contoh uji : Jagung
·
Deskripsi contoh uji : Serbuk halus berwarna kuning
Hasil
Percobaan
·
Bobot jagung : 10,0014 gram
·
Sampel jagung dalam bentuk serbuk kuning
halus berbobot 10,0014 gram ditambahkan 50 mL etanol 60 % kemudian erlenmeyer
sebagai wadah ditutup dengan aluminium foil kemudian dilakukan pengocokan
menggunakan alat Shaker selama 15 menit menghasilkan larutan putih kekuningan,
endapan kuning. Kemudian larutan dituang ke dalam empat tabung sentrifuge
dengan volume larutan yang sama. Dilakukan pemisahan antara endapan dengan
larutan menggunakan alat Sentrifuge selama 15 menit pada kecepatan 1000 rpm
menghasilkan larutan kuning jernih, endapan putih. Larutan kuning jernih
digunakan untuk analisis aflatoksin B1.
Pembahasan
Aflatoksin
merupakan senyawa yang beracun dengan sifat tidak larut dalam air, stabil
terhadap panas serta perlakuan fisik dan kimiawi, sehingga tidak hilang dalam
proses pengolahan. Diduga pula bahwa aflatoksin ini tidak hilang dalam proses
pencernaan dan metabolism dalam tubuh manusia dan hewan. Oleh karena
sifat-sifat aflatoksin tersebut dapat terakumulasi dalam tubuh manusia dan
hewan yang dapat menyebabkan efek hepatoksik (kerusakan hati),
heparkarsinogenik (kanker hati), mutagenic, teratogenik, dan bersifat
imunosupresif yaitu menekan kekebalan tubuh.
Pada
preparasi sampel jagung dalam analisis aflatoksin B1. Sampel jagung harus
berupa serbuk halus agar dapat mempermudah saat pelarutan dengan etanol 60%.
Setelah itu dilakukan pengocokan menggunakan Shaker agar mempercepat ekstraksi
aflatoksin B1 ke dalam etanol 60%. Setelah proses ekstraksi dalam Shaker,
dilakukan proses pemisahan endapan dengan larutan dengan alat sentrifuge.
Didapatkan hasil larutan berwarna kuning jernih dan endapan putih. Larutan
kuning jernih digunakan sebagai bahan untuk analisis aflatoksin B1 pada jagung.
Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, pada teknik preparasi sampel jagung dalam
analisis aflatoksin melalui teknik ekstraksi menggunakan etanol 60% dan alat
Shaker untuk mempercepat ekstraksi aflatoksin B1 ke dalam etanol 60%. Pemisahan
endapan dengan larutan menggunakan alat Sentrifuge. Larutan kuning jernih yang
diperoleh digunakan untuk bahan analisis aflatoksin B1 pada jagung.
Daftar
Pustaka
·
Badan POM RI. 2007. Food Watch. Sistem
keamanan pangan terpadu.Aflatoksin. Jakarta Vol. 2
·
Day and Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
·
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
·
Nugroho, D.A., 2005. Penurunan cemaran
aflatoksin B1 pada pengolahan emping jagung. Thesis. Fakultas Ilmu dan
Teknologi Pangan. Universitas Gadjah Mada.
·
Rachmawati,S. 2005. Aflatoksin pada pakan di Indonesia
: Persyaratan kadar dan peraturan perundang-undangannya. Wartazoa 4(1): 26-35.
Sub
Judul : 2. Preparasi Sampel Tanaman Bayam pada Analisis Kadar Besi
Tujuan
:
Melakukan teknik
preparasi sampel tanaman bayam pada analisis kadar besi dengan prosedur yang
baik dan benar
Prinsip
:
Sampel tanaman bayam
yang telah berupa serbuk didestruksi dengan pendestruksi asam kuat yaitu H2SO4
(p) dan HNO3 (p). Penambahan HNO3 (p) dilakukan
setelah larutan mendidih dan dingin. Diperoleh larutan tidak berwarna.
Dasar
Teori
Bayam (Amaranthus sp) adalah
sayuran berdaun hijau yang dalam bahasa Persia berarti tangan hijau, merupakan
salah satu sayuran terbaik. Sayuran ini memiliki banyak manfaat kesehatan dan
nilai gizi.
Setiap 100
gram bayam terkandung 2,3 gram protein; 3,2 gram karbohidrat; 3 gram besi dan
81 gram kalsium. Bayam juga kaya akan berbagai macam vitamin dan mineral, yakni
vitamin A, vitamin C, niasin, thiamin, fosfor, riboflavin, natrium, kalium dan
magnesium. Selain itu, bayam juga mengandung antioksidan esensial dan fitokimia
yang membantu melindungi tubuh terhadap berbagai penyakit. Berikut adalah
beberapa manfaat kesehatan dari bayam, seperti dikutip dari healthonlinezine.
Bayam
mengandung zat anorganik yang mempunyai sisi positif dan negatif bagi tubuh.
Diantara sisi positif zat anorganik itu salah satunya adalah kandungan besi
(Fe). Besi dapat berfungsi sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke
jaringan tubuh (pada sel darah merah), tapi juga mempunyai efek negatif
terhadap tubuh, yaitu muntah, diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala,
mengigau dan pingsan. Diperkirakan jumlah besi yang dikeluarkan tubuh sekitar
1,0 mg/hari, untuk wanita ditambah 0,5 mg hilang karena menstruasi. Jumlah besi
yang diserap hanya sekitar 10% maka konsumsi yang dianjurkan adalah 10 mg untuk
orang dewasa per hari, 18 mg untuk wanita per hari dengan usia 11-50 tahun.
Kandungan
zat besi dalam tubuh manusia sekitar 4 gram dan bersifat esensial. Zat besi
tersimpan pada sel-sel darah merah dan sel-sel otot. Besi yang murni adalah
logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat. Besi melebur pada 1535oC.
Biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida, dan sulfida
dari besi serta sedikit grafit.
Garam-garam
besi(II) atau fero diturunkan dari besi (II) oksida (FeO). Dalam larutan, garam-garam
ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion-ion
gabungan dan kompleks-kompleks sepit yang berwarna tua adalah juga umum. Ion
besi(II) dapat dioksidasikan menjadi besi(III), maka besi(II) merupakan zat
pereduksi kuat.
Garam
besi (III) atau feri diturunkan dari oksida besi (III), Fe2O3.
Besi(III) lebih stabil dibandingkan besi(II). Dalam larutan ion Fe3+
berwarna kuning muda. Jika larutan mengandung klorida, warna semakin kuat.
Destruksi basah adalah proses
perombakan logam organik dengan menggunakan asam kuat, baik tunggal maupun
campuran, kemudian dioksidasi menggunakan zat oksidator sehingga dihasilkan
logaman organik bebas. Destruksi basah sangat sesuai untuk penentuan
unsur-unsur logam yang mudah menguap. Pelarut-pelarut yang dapat digunakan
untuk destruksi basah adalah HNO3 dan HClO4.
Pelarut-pelarut tersebut dapat digunakan secara tunggal maupun campuran.
Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan
destruksi yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut sempurna
atau perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik.
Senyawa-senyawa garam yang terbentuksetelahdestruksimerupakansenyawagaram yang
stabil dan disimpan selama beberapa hari. Pada umumnya pelaksanaan kerja destruksi
basah dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldhal (Raimon, 1993).
Sifat dan karakteristik asam
pendestruksi yang sering digunakan antara lain:
1) Asam sulfat pekat sering ditambahkan ke
dalam sampel untuk mempercepat terjadinya oksidasi. Asam sulfat pekat merupakan
bahan pengoksidasi yang kuat. Meskipun demikian waktu yang diperlukan untuk
mendestruksi masih cukup lama.
2) Campuran asam sulfat pekat dengan
kalium sulfat pekat dapat dipergunakan untuk mempercepat dekomposisi sampel.
Kalium sulfat pekat akan menaikkan titik didih asam sulfat pekat sehingga dapat
mempertinggi suhu destruksi sehingga proses destruksi lebih cepat.
3)
Campuran asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat banyak digunakan untuk
mempercepat proses destruksi. Kedua asam ini merupakan oksidator yang kuat.
Dengan penambahan oksidator ini akan menurunkan suhu destruksi sampel yaitu
pada suhu 350 0C, dengan demikian komponen yang dapat menguap atau
terdekomposisi pada suhu tinggi dapat dipertahankan dalam abu yang berarti
penentuan kadar abu lebih baik.
4) Asam perklorat pekat dapat digunakan
untuk bahan yang sulit mengalami oksidasi, karena perklorat pekat merupakan
oksidator yang sangat kuat. Kelemahan dari perklorat pekat adalah sifat mudah
meledak (explosive) sehingga cukup berbahaya, dalam penggunaan harus
sangat hati-hati.
5)
Aquaregia yaitu campuran asam klorida pekat dan asam nitrat pekat dengan
perbandingan volume 3:1 mampu melarutkan logam-logam mulia seperti emas dan
platina yang tidak larut dalam HCl pekat dan HNO3 pekat. Reaksi yang
terjadi jika 3 volume HCl pekat dicampur dengan 1 volume HNO3 pekat:
3 HCl(aq) + HNO3(aq)
→ Cl2(g) + NOCl(g) + 2H2O(l)
Gas klor (Cl2) dan gas
nitrosilklorida (NOCl) inilah yang mengubah logam menjadi senyawa logam klorida
dan selanjutnya diubah menjadi kompleks anion yang stabil yang selanjutnya
bereaksi lebih lanjut dengan Cl-.
Kegunaan dari Destruksi Basah:
- Memperoleh unsur sampel dalam bentuk yang sesuai dengan metode yang digunakan.
- Mengurangi gangguan dari unsur lain atau zat pengotor
- Membuat konsentrasi unsur yang terdapat dalam sampel berada dalam batas-batas yang diperlukan.
MSDS HNO3
·
Informasi keselamatan berdasarkan GHS
Hazard
Statement(s)
H272: Dapat memperhebat api, pengoksidasi.
H290:
Dapat merusak logam-logam.
H314:
Menyebabkan luka bakar pada kulit dan kerusakan mata yang serius.
Precautionary
Statement(s) P280: Gunakan pakaian/ sarungtangan pelindung / pelindung mata/
muka.
P301
+ P330 + P331: JIKA TERTELAN: Berkumurlah. JANGAN memancing muntah.
P305
+ P351 + P338: JIKA TERKENA MATA: Bilas secara hati-hati dengan air selama
beberapa
menit. Lepas lensa kontak, jika digunakan dan mudah melakukannya. Lanjutkan
membilas.
P309
+ P310: Jika terpapar atau Anda merasa tidak sehat: Segera telponlah PUSAT
·
Hazard Pictogram(s)
Oksidator Korosif
·
Kelas penyimpanan : 5.1B Bahan berbahaya
yang mengoksidasi
·
WGK : WGK 1 agak berbahaya untuk air
·
Informasi keselamatan kerja
Frase
R : R 35 Mengakibatkan luka bakar yang parah.
Frase
S S 26-36/37/39-45
Jika
kena mata, segera bilas dengan banyak air dan dapatkan bantuan medis.Pakai
pakaian
pelindung,
sarung tangan, dan pelindung mata/wajah yang sesuai.Jika terjadi kecelakaan
atau
jika merasa tidak enak badan, segera dapatkan bantuan medis (tunjukkan label
jika
mungkin).
MSDS H2SO4
Nama
produk
|
Sulfuric
acid-d2
|
Sinonim
|
Sulfuricacid;
DEUTERATED SULFURIC ACID; (~2~H_2_)sulfuric acid
|
MF
|
D2O4S
|
Berat
Molekul
|
100.0908
|
InChI
|
InChI=1/H2O4S/c1-5(2,3)4/h(H2,1,2,3,4)/i/hD2
|
CAS
NO
|
13813-19-9
|
EINECS
|
237-464-0
|
Struktur
Molekul
|
|
Kepadatan
|
2.245g/cm3
|
Titik
didih
|
330°C
at 760 mmHg
|
Indeks
bias
|
1.537
|
Simbol
bahaya
|
C:Corrosive;
|
Kode
Risiko
|
|
Keselamatan
Deskripsi
|
Bahan :
·
Bayam
·
H2SO4
(p)
·
HNO3
(p)
Alat :
·
Lumpang
·
Oven
·
Gelas
Piala
·
Neraca
Analitik Digital
·
Labu
Takar
Cara
Kerja :
Sampel
bayam dicuci dan dibersihkan kemudian dikeringkan dalam oven. Sampel bayam yang
sudah kering digerus hingga menjadi serbuk kering. Serbuk bayam ditimbang
sebanyak 0,4990 gram dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL H2SO4
(p) hingga larut. Kemudian dipanaskan sampai mendidih (±15 menit) sampai
larutan berkurang hingga kering. Didinginkan, setelah dingin ditambahkan 1 mL
HNO3 (p). Kemudian dipanaskan kembali diatas hot plate.
Data
Pengamatan :
·
Nama contoh uji : Bayam
·
Deskripsi contoh uji : Serbuk kering berwarna coklat kehitaman
Hasil
Percobaan
·
Bobot biskuit gandum : 0,4990 gram
·
Serbuk kering bayam sebanyak 0,4990 gram
yang berwarna coklat kehitaman ditambahkan 10 mL H2SO4 (p)
menghasilkan larutan berwarna hitam kemudian dipanaskan hingga mendidih (±15
menit) menghasilkan suspensi padat hitam. Setelah larutan dipanaskan mendidih,
volume larutan berkurang hingga kering, kemudian didinginkan. Setelah dingin,
ditambahkan 1 mL HNO3 (p) kemudian dipanaskan kembali diatas hot
plate sehingga diperoleh larutan jingga dan timbul uap berwarna jingga. Setelah
didiamkan, larutan jingga memudar menjadi larutan kuning dengan uap jingga.
Setelah uap jingga hilang larutan menjadi larutan tidak berwarna.
Pembahasan
Preparasi sampel pada sampel tanaman
bayam pada analisis kadar besi menggunakan teknik destruksi basah. Destruksi
basah merupakan perombakan
logam organik dengan menggunakan asamkuat, baik tunggal maupun campuran,
kemudian dioksidasi menggunakan zat oksidator sehingga dihasilkan logaman
organik bebas. Pada praktikum ini, menggunakan zat pendestruksi asam kuat yaitu
asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat. Campuran asam sulfat pekat dan asam
nitrat pekat banyak digunakan untuk mempercepat proses destruksi. Kedua asam
ini merupakan oksidator yang kuat. Dengan penambahan oksidator ini akan
menurunkan suhu destruksi sampel yaitu pada suhu 350 0C, dengan
demikian komponen yang dapat menguap atau terdekomposisi pada suhu tinggi dapat
dipertahankan dalam abu yang berarti penentuan kadar abu lebih baik.
Pada proses pemanasan ditujukan
untuk menyempurnakan proses destruksi. Pemanasan memberikan energi untuk
memutuskan ikatan kimia antara bayam dengan senyawa organik yang terkandung
dalam bayam menjadi senyawa anorganik bebas. Kesempurnaan destruksi ditandai
dengan larutan jernih tidak berwarna. Hal itu membuktikan bahwa semua
konstituen senyawa organik telah larut sempurna.
Kesimpulan
Pada preparasi sampel tanaman bayam
pada analisis kadar besi menggunakan teknik destruksi basah menggunakan zat
pendestruksi campuran asam kuat yaitu Asam sulfat pekat dan Asam nitrat pekat.
Dilakukan pemanasan untuk menyempurnakan destruksi. Kesempurnaan destruksi
ditandai dengan diperolehnya larutan jernih.
Daftar Pustaka
·
Basset, J.et.al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Terjemahan Hadyana Pujaatmak Edisi Ke-4. Jakarta: EGC Kedokteran
·
Day and Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
·
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
·
Zulkarnain, Abdul. 1991. Kimia Analisis Kualitatif. Yogyakarta :
Departemen Perindustrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar