Selamat malam. Aku tak tahu lagi
ini malam minggu keberapa tanpa sapaan darimu, tanpa pesan singkatmu, tanpa
telepon darimu, tanpa candaan serta gombalan kamu. Aku tak ingat malam minggu
keberapa, namun aku masih ingat dan masih menyimpan rasa ini untukmu. Bagaiamana
denganmu? . Ah tak perlu dijawab, aku sudah tahu jawabannya. Memang kita tak
pernah bertemu secara langsung di malam minggu karena jarak memisahkan kita.
Tapi aku sangat senang malam minggu tiba, jadwal kamu menelponku. Menelpon dua
jam denganmu terasa begitu cepat. Kata pertama yang selalu keluar dari mulutmu
saat nelpon yaitu kata “Kangen kamu” lalu aku selalu menjawab “Aku juga kangen
kamu”. Dan sampai saat ini aku masih kangen kamu hai kamu yang berada diluar
kota sana. Kamu selalu mencoba membuat
lelucon dengan kata-katamu, jika aku
yang disebrang sini hanya tertawa sebentar, kamu selalu bilang “hehe nggak lucu
ya?” lalu aku bilang “lucu, lucu kok”. Ya, memang terkadang candaanmu tidak
lucu sih, tapi aku bilang saja lucu untuk menyenangkan hatimu. Toh ngga ada
yang salah karena aku mencintaimu. Selain candaan, kamu selalu merayuku dengan
kata-kata yang sederhana, tidak puitis, namun selalu bisa membuatku tersenyum
malu. Untung saja kita tak bertatap muka, aku malu jika kamu melihat betapa
meronanya pipiku saat kamu melayangkan rayuanmu. Beberapa malam minggu selalu
kuhabiskan denganmu, hingga tiba akhirnya pada saat malam minggu itu kita
berpisah. Alasannya karena jarak. Entah itu hal sepele atau bukan, tapi
menurutku tidak ada hal yang sepele hingga suatu hubungan bisa berakhir.
Mungkin diluar kota sana malam
minggu ini kamu sedang asyik menikmati jalanan kota yang ramai dikelilingi
kerlipan lampu kota, pedagang yang berjejer, makan malam romantis, atau mungkin
sedang berbicara mesra lewat telepon karena dengan pacar kamu yang sekarang
juga kalian LDR. Aku memang perempuan yang bodoh, masih saja memikirkanmu yang
telah membuat malam minggu-malam minggu ku sepi. Aku butuh kamu saat ini, aku
butuh orang yang aku sayang bisa menyemangati sidang komprehensif ku. Aku ingin
kamu mengucapkan selamat ketika aku selesai sidang. Aku ingin kamu datang di
hari wisudaku. Aku ingin itu semua. Maaf aku terlalu lancang, menginginkan
semua itu darimu.
Hanya dengan menulis, aku merasa
kamu masih ada disampingku. Dengan menulis, aku bisa berbicara banyak denganmu.
Dengan menulis, aku bisa memilikimu tanpa banyak larangan. Dengan menulis, aku
masih bisa terus memandangmu, meluapkan rasa rinduku, menganggap seolah
perpisahan ini tak pernah terjadi.
Aku memang bodoh, tolol, norak.
Tapi aku beruntung karena pernah dicintai dengan sederhana olehmu, tanpa pernah
bertemu saat malam minggu. Hanya via telepon, sapaan hangat, perhatian, dan
kata-kata sederhana darimu yang bisa membuatku ingin memperlambat waktu di
malam minggu.
Dari perempuan yang masih mengingat malam minggu denganmu.
Untuk kamu yang sudah menjalani malam minggu dengan perempuan lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar