1/04/2013

tugas artikel bahasa indonesia



LEBIH DARI SUPERHERO
Pernah tidak di dalam benak anda terlintas pikiran “Hal apa saja yang sudah anda berikan kepada ibu anda? Dan apakah itu sebanding dengan apa yang ibu anda berikan kepada anda?” Saya langsung menjawab pertanyaan tersebut bahwa itu semua jauh dari kata sebanding karena pengorbanan dan ketulusan hati seorang ibu amatlah besar dari apa yang kita ketahui dan pikirkan. Pendidikan pertama yang kita peroleh bukanlah dari bangku Sekolah Dasar ataupun Taman Kanak-kanak, melainkan dari seorang sosok yang jauh lebih hebat dari Superhero, yaitu Ibu. Beliau mengajarkan berbagai hal dari cara makan, berjalan, berbicara, sopan santun, cara mengenakan pakaian, serta sepatu. Semua hal yang mendasar beliau ajarkan kepada buah hatinya yang sangat ia cintai.
Sosok yang menjadikanku kuat dan bersemangat dalam belajar adalah Ibu. Hanya terdiri dari tiga huruf, tetapi jasa-jasa beliau tak dapat dihitung. Ibuku bernama Tuti Herlawati. Lahir di Cirebon,11 September 1969. Sudah 43 tahun usia beliau,tetapi dimataku dan dimata orang di sekitar, beliau terlihat lima tahun lebih muda dibandingkan usianya. Gaya berpakaian yang nyantai, mengenakan kaos oblong, dan celana jeans membuatnya terlihat modis. Dipadu dengan style rambut pendek membuat beliau selalu fresh untuk dipandang. Sehingga, tak heran banyak tetangga yang menyebut bahwa saya dan Ibu seperti kakak-adik.
Selain sebagai Ibu rumah tangga, ibuku adalah seorang wanita karier yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan rotan. Sungguh beliau memang wanita yang sangat tangguh, bisa menyeimbangkan urusan pekerjaan dan rumah tangga. Mendidik kami (anak-anaknya) tidak sedikit pun beliau abaikan. Pendidikan kami selalu menjadi garis terdepan baginya. Apa saja beliau lakukan demi menyenangkan hati anak-anaknya. Sampai pada suatu saat, usaha Ayahku gulung tikar. Hanya ibuku yang bekerja selama satu bulan pasca kebangkrutan usaha ayah. Disanalah kulihat sosok seorang wanita yang sangat luar biasa. Hanya bekerja seorang diri, tak membuatnya mengeluh. Ibu tidak sedikit pun menyalahkan ayah, justru beliau selalu membangkitkan semangat suaminya yang telah membuat hidupnya dan hidup anak-anaknya  menjadi berubah secara garis ekonomi. Pada saat itu saya sempat kesal dengan ayah yang hanya berdiam diri sementara ibu bekerja dengan sangat keras. Dengan penghasilan yang kurang mencukupi dan kebutuhan yang terus meningkat. Ibu terpaksa berhutang kesana kemari. Mulai dari saudara dekat, teman, dan tetangga. Memang berhutang adalah hal yang tidak baik, tetapi daripada kami tidak makan dan aku serta adikku tidak bersekolah. Sehingga ibu terpaksa melakukannya. Oleh karena itu beliau selalu berpesan kepadaku agar selalu belajar dengan rajin dan tekun, supaya nanti kelak aku bisa menjadi “Orang”. Dan beliau juga berpesan agar aku mencari suami yang baik, mapan, dan bertanggung jawab.
Kasih sayang, perhatian, dan segala yang ada pada dirinya ia curahkan kepada buah hatinya. Ketika aku lupa untuk mengabarkan ada di suatu tempat pada saat kondisi sudah malam. Ibu langsung menelponku. Kekhawatiran beliau kepada anaknya melebihi kekhawatiran pada dirinya sendiri. Sampai sekarang, ketika kami sudah berada di kota yang berbeda. Ibu selalu terlebih dulu SMS atau menelponku, selalu menanyakan keadaanku. Jarak tidak akan memisahkan ikatan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, dan begitu sebaliknya. Ada sebuah kalimat sederhana dari Kahlil Gibran yang berbunyi “Kata yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata ’Ibu’ dan panggilan paling indah adalah ‘Ibuku’. Ini adalah kata penuh harapan dan cinta, kata manis dan baik yang keluar dari kedalaman hati”. Kalimat tersebut yang menjadi kekuatanku hingga saat ini, selain yang utama adalah Ibuku sendiri yang menjadi inspirator sejati dalam setiap tindakan yang aku lakukan. Serta menjadi pembangkit di saat aku sedang terpuruk akan masalah hidup. Selama 18 tahun dan sampai kapanpun tidak akan merubah pikiranku bahwa orang yang paling aku sayangi dan aku banggakan adalah Ibuku. Aku berdiri, aku kuat, itu semua karena beliau. Dan semoga aku bias membalas semua jasa-jasa beliau sera dapat memberikan suatu hal yang berharga yang bias membuat beliau tersenyum dan bangga.

Kamu dan Lembaran Baru (4)

 Hari-hariku sekarang dipenuhi dengan kehadiranmu, ada kalanya kita bahagia, ada kalanya kita kecewa. Tak jarang aku kecewa karenamu, begitu...