9/12/2015

Malam Minggu Kesekian Tanpamu

Selamat malam. Aku tak tahu lagi ini malam minggu keberapa tanpa sapaan darimu, tanpa pesan singkatmu, tanpa telepon darimu, tanpa candaan serta gombalan kamu. Aku tak ingat malam minggu keberapa, namun aku masih ingat dan masih menyimpan rasa ini untukmu. Bagaiamana denganmu? . Ah tak perlu dijawab, aku sudah tahu jawabannya. Memang kita tak pernah bertemu secara langsung di malam minggu karena jarak memisahkan kita. Tapi aku sangat senang malam minggu tiba, jadwal kamu menelponku. Menelpon dua jam denganmu terasa begitu cepat. Kata pertama yang selalu keluar dari mulutmu saat nelpon yaitu kata “Kangen kamu” lalu aku selalu menjawab “Aku juga kangen kamu”. Dan sampai saat ini aku masih kangen kamu hai kamu yang berada diluar kota sana.  Kamu selalu mencoba membuat lelucon  dengan kata-katamu, jika aku yang disebrang sini hanya tertawa sebentar, kamu selalu bilang “hehe nggak lucu ya?” lalu aku bilang “lucu, lucu kok”. Ya, memang terkadang candaanmu tidak lucu sih, tapi aku bilang saja lucu untuk menyenangkan hatimu. Toh ngga ada yang salah karena aku mencintaimu. Selain candaan, kamu selalu merayuku dengan kata-kata yang sederhana, tidak puitis, namun selalu bisa membuatku tersenyum malu. Untung saja kita tak bertatap muka, aku malu jika kamu melihat betapa meronanya pipiku saat kamu melayangkan rayuanmu. Beberapa malam minggu selalu kuhabiskan denganmu, hingga tiba akhirnya pada saat malam minggu itu kita berpisah. Alasannya karena jarak. Entah itu hal sepele atau bukan, tapi menurutku tidak ada hal yang sepele hingga suatu hubungan bisa berakhir.
Mungkin diluar kota sana malam minggu ini kamu sedang asyik menikmati jalanan kota yang ramai dikelilingi kerlipan lampu kota, pedagang yang berjejer, makan malam romantis, atau mungkin sedang berbicara mesra lewat telepon karena dengan pacar kamu yang sekarang juga kalian LDR. Aku memang perempuan yang bodoh, masih saja memikirkanmu yang telah membuat malam minggu-malam minggu ku sepi. Aku butuh kamu saat ini, aku butuh orang yang aku sayang bisa menyemangati sidang komprehensif ku. Aku ingin kamu mengucapkan selamat ketika aku selesai sidang. Aku ingin kamu datang di hari wisudaku. Aku ingin itu semua. Maaf aku terlalu lancang, menginginkan semua itu darimu.
Hanya dengan menulis, aku merasa kamu masih ada disampingku. Dengan menulis, aku bisa berbicara banyak denganmu. Dengan menulis, aku bisa memilikimu tanpa banyak larangan. Dengan menulis, aku masih bisa terus memandangmu, meluapkan rasa rinduku, menganggap seolah perpisahan ini tak pernah terjadi.
Aku memang bodoh, tolol, norak. Tapi aku beruntung karena pernah dicintai dengan sederhana olehmu, tanpa pernah bertemu saat malam minggu. Hanya via telepon, sapaan hangat, perhatian, dan kata-kata sederhana darimu yang bisa membuatku ingin memperlambat waktu di malam minggu.  
               
Dari perempuan yang masih mengingat malam minggu denganmu.

Untuk kamu yang sudah menjalani malam minggu dengan perempuan lain.

Kamu dan Lembaran Baru (4)

 Hari-hariku sekarang dipenuhi dengan kehadiranmu, ada kalanya kita bahagia, ada kalanya kita kecewa. Tak jarang aku kecewa karenamu, begitu...