12/26/2014

Aku Hanya Takut Kamu Bohong
“Jarak ada untuk ditempuh bukan untuk dikeluh karena jauh”, terasa begitu mudah untuk dikatakan, namun direalisasikan begitu susah. Mengapa jarak selalu menjadi masalah bagiku. Bulan bulan awal tak masalah, menuju bulan kelima, jarak seakan menjadi tembok besar diantara kita. Aku merasa atau mungkin aku saja yang terlalu perasa, ya aku merasa kamu seperti tak peduli lagi terhadapku, terhadap hubungan ini. Biasanya, kamu yang selalu memulai percakapan di BBM , selalu menelponku. Tapi kini, harus aku yang terlebih dahulu mengirimkan PING! via BBM, dari cara kamu membalas pesan BBM pun terasa hambar bagiku, balas pesan hanya seperlunya, aku bertanya ‘kamu udah makan belum’ kamu hanya menjawab ‘belum, kamu udah makan’. Selalu seperti itu, aku bertanya, kamu jawab singkat dan bertanya balik hal yang sama.
Sebenarnya kamu ingin tahu apa yang aku takutkan? Aku takut kamu membohongiku lagi. Itu saja.  Jika itu benar terjadi, aku sudah cukup mengorbankan perasaanku yang terlalu besar terhadapmu, sampai aku rela menunggumu kurang lebih lima tahun lamanya, sampai aku rela menjadi orang diantara kamu dan dia, kurang berkorban apalagi perasaanku? Jika itu benar terjadi, biarkan perasaanku mencoba menjauh darimu.

                                                                                                Dari aku yang takut kamu bohongi lagi
                                                                                                Untuk kamu yang kurasa telah berubah



11/30/2014

Aku Rasa Kamu Telah Berubah

Maaf ya jika kalian bosan membaca ceritaku karena lagi lagi ceritaku menyangkut dirinya.
Malam ini, Minggu, 30 November 2014 pukul 18:39. Perasaanku sedang tak menentu. Aku merasa kamu berubah, 1 minggu ini kamu tak lagi menelponku hanya saja kita masih ‘bercakap’ lewat pesan singkat ataupun BBM itu pun seperti bukan kamu yang biasanya, tak ada tanda perhatian, memulai percakapan pun harus aku, membalasnya pun singkat saja, tak ada gombalan yang biasanya kamu lontarkan kepadaku hingga membuatku senyum-senyum sendiri. Aku merasa kamu berubah. Namun, aku tak tahu alasan itu semua. Ingin sekali aku bertanya langsung kepadamu, tetapi aku tak berani menanyakannya, aku takut kamu anggap aku terlalu overprotektif atau overdramatis atau apalah itu istilahnya. Hal seperti ini persis seperti pada saat bulan lalu saat kamu berbohong padaku (lihat di cerita sebelumnya). Apakah hal yang sama tersebut akan terjadi lagi?. Tolong kepada kamu, berkatalah jujur padaku, ceritakanlah apa yang sebenarnya terjadi, jika kamu memang sudah ‘bosan’ dengan cerita cinta kita maka katakanlah. Jangan biarkan perasaanku bak kapal yang dalam hantaman ombak yang terombang-ambing tidak jelas. Atau kemungkinan ini semua hanya aku saja yang terlalu sensitif akan perasaanku kepadamu, mungkin saja kamu disana sedang sibuk menjalankan serangkaian kegiatan yang kutahu sangat padat hingga tidak ada kesempatan untuk sekedar memperhatikanku. Mungkin saja.

Untukmu seseorang yang aku rasa telah berubah

Dari aku yang mungkin terlalu sensitif

10/28/2014

 Selasa malam, 28 Oktober 2014 pukul 20:09

Terimakasih...
Malam ini air mataku tumpah saat mengetahui suatu fakta. Aku ingin bertanya kepadamu, Kenapa kamu tega ‘memainkan’ perasaanku? Kamu bilang kamu sayang sama aku, kamu bilang kamu sudah tidak menjalin hubungan dengan seorang perempuan itu. Tapi apa?? Aku lihat di akun facebook mu sebuah tulisan status dia tentangmu, lebih tepatnya tentang kalian. Aku bodoh, kenapa aku langsung percaya kepadamu?? Mustahil kamu masih menyimpan rasa yang dulu pernah kau berikan hanya padaku. Aku hanya terlalu kepedean, terlalu yakin akan rasaku ini terhadapmu, tapi kenyataannya keyakinan perasaanku tak sebanding dengan perasaanmu.
Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih atas rasa sakit yang telah kauberikan ini. Aku akan pergi dari kehidupanmu. Aku berusaha akan melupakan kamu, meskipun aku tak tahu kapan aku bisa melakukannya. Kamu berhak bahagia dengannya, bukan denganku yang terlalu rapuh saat menerima kenyataan ini. Terimakasih sudah mengijinkanku untuk ‘memiliki’ hatimu meskipun itu fana. Terimakasih sudah membuat hari-hariku diiringi senyum akhir-akhir ini. Terimakasih atas rayuan-rayuan kamu meskipun itu hanya terucap lewat mulutmu bukan dari hatimu. Terimakasih sudah membuat aku merasa menjadi perempuan yang paling bahagia. Terimakasih karena kamu berhasil menjadi inspirasi dalam khayalanku. Terimakasih atas harapan yang sempat kamu berikan kepadaku. Terimakasih atas obrolan dan candaan hangat yang kamu lontarkan lewat telepon. Terimakasih atas perhatian kamu. Sekali lagi terimakasih dan semoga kamu benar-benar menemukan kebahagiaanmu.

    Dari aku, perempuan yang terlalu berharap lebih akan perasaanmu.
    Untuk kamu, lelaki yang membuat air mataku tumpah malam ini.

10/02/2014

Tentang Aku dan Kamu

Apa mungkin ya rasa sayang dapat bertahan selama lebih dari 5 tahun tapi tanpa ada status pacaran dan jarang untuk saling bertatap muka?
Jawabannya mungkin ada. Ya, salah satunya kamu. Pernyataan kamu via telepon tadi membuat aku yakin akan pertanyaan diatas. Saat kutanya mengapa hal itu bisa terjadi? jawabanmu simple tapi penuh makna menurutku. “Aku ngga punya alasan untuk terus sayang ke kamu” itulah jawabanmu.
Aku akan selalu ingat, perjuangan kamu terhadapku. Semenjak kelas 3 SMP hingga sekarang. Dari mulai aku tidak terlalu menanggapi hingga aku dapat menjadikanmu lelaki nomor satu dihatiku. Entah aku sendiri tak tahu kapan persisnya. Perasaan itu mengalir begitu saja seiring dengan kegigihan kamu. Oya, aku ingat. Mungkin aku mulai menyimpan rasa itu setelah aku mulai kehilangan kamu. Saat itu, kamu berhenti memberi perhatian terhadapku dan setelah aku cari tahu ternyata kamu sudah memiliki kekasih hati. Ya, disaat itu aku mulai sangat merasa kehilangan kamu. Mungkin benar ada suatu kata mutiara dari kahlil gibran yang kira-kira seperti ini “Cinta akan terasa kedalamannya saat perpisahan tiba”. Aku tahu, mungkin kamu merasa lelah terhadapku, terhadap hubungan kita waktu itu yang terlihat begitu semu.
Sekarang, kamu datang kembali ke hidupku. Kamu mau tahu apa perasaanku saat kamu datang lagi? Aku akui, aku senang sekali hingga aku senyum-senyum sendiri meskipun kamu Cuma nge-ping lewat pesan BBM. Rencana Tuhan memang indah. Aku kembali di ‘pertemukan’ denganmu. Dengan kita yang sudah berbeda. Berbeda dalam hal usia, pemikiran, sikap. Namun, masih tetap sama akan perasaan kita masing-masing.
Aku bahagia saat ini, meskipun aku dan kamu dipisahkan oleh jarak dan waktu. Aku berada di Bogor, Kamu berada di Pontianak. Aku sedang menempuh pendidikan D3 Analisis Kimia dan Kamu sedang menjalani pendidikan sebagai pengabdi negara. Tapi aku yakin kita dapat memandang langit yang sama. Langit yang berperan sebagai perantara dan penyampai rinduku padamu.
Pasti kalian bertanya-tanya kok bisa dua orang yang tidak pernah bertemu lagi setelah bertahun-tahun tapi masih menyimpan rasa satu sama lainnya? Aku sendiri tidak pernah bisa memecahkan pertanyaan itu, dia juga tidak bisa. “Kita tidak memiliki alasan untuk rasa sayang yang tulus”.

                                                                                Untuk Kamu yang jauh di seberang pulau sana.
                                                                                Dari Aku yang selalu tersenyum saat ‘bersama’ denganmu.

6/25/2014

sepi

Rintikkan hujan malam ini menemani kesendirianku, namun aku dan hujan tak dapat ber-simbiosis mutualisme. Hujan diluar menjalankan tugasnya dengan baik tanpa bisa menghiburku. Aku didalam hanya sendiri, tanpa suara denting jam apalagi ocehan manusia.

6/05/2014

Dari perempuan yang masih menyimpan hatinya untukmu



Hatiku bergetar masih sama seperti dulu saat pertama kali kau menyentuh hatiku. Pertama kali, lima tahun silam saat itu kita masih anak ingusan yang duduk di bangku kelas 3 SMP, kau menjadi orang pertama yang mampu menggetarkan hatiku. Meskipun, pada saat itu aku dan kamu tak terikat oleh status, entah mengapa aku merasa hatiku telah dimilki olehmu. Sampai pada akhirnya, saat kita sudah mulai usia 17-an, status aku dan kamu pun jelas. Namun, status itu tak bertahan lama hanya dua bulan saja. Kembali hubungan kita menjadi tanpa status, tetapi perhatian kamu masih tetap sama, kamulah orang pertama selama 4 tahun yang mengucapkan ucapan selamat ulang tahun.
Aku tahu saat ini kamu bukan seperti kamu yang dulu, ya karena kamu sudah memiliki seorang yang mengisi hatimu, aku tahu itu bukan aku. Tapi apakah kamu tahu? aku disini, walaupun sudah lama tak berjumpa denganmu, sudah lama tak menjalin komunikasi denganmu, namun hatiku masih tertuju padamu. Sulit rasanya menentang hati ini, meskipun telah kucoba menjalin hubungan dengan pria lain, hatiku ini benar-benar terpaku padamu. Sering aku berperang melawan hati ini, tapi apakah kamu tahu? bukannya aku yang menang tapi justru aku yang sakit menerima semua kenyataan ini.
Kemarin, saat kamu kembali menghubungiku lagi, kamu tahu? hatiku kembali bergetar, getaran yang masih sama seperti dulu. Aku senang bukan main saat itu. Tetapi, aku segera mengendalikan diriku, menghentikan keriangan hatiku. Aku tahu, tak ada maksud yang istimewa dari kamu mengirimkan pesan singkat kepadaku. Tapi kenapa Tuhan? aku seakan mendapatkan kembali secercah harapan itu. Harapan yang sepertinya tak akan kunjung terwujud.

Dari orang yang masih menyimpan hatinya untukmu

5/19/2014

Keputusan, 14 Mei 2014



Saat menulis ini, aku tak bisa menjelaskan apa wacana hatiku. Bahkan untuk membaca novel pun tidak ku pahami isi dari ceritanya, mataku tertuju pada kata demi kata pada novel  karangan Tere-Liye, namun hati dan pikiranku memikirkan dia dan ‘hubungan kita’.
Dia yang selama hampir sembilan bulan ini mengisi hari-hariku (meskipun dalam jarak ratusan kilometer) , mengucapkan selamat pagi dan selamat tidur, menjadi penyemangat keseharianku, menjadi “musuh” dalam kesukaan klub sepak bola (dia suka madrid, dan aku suka barcelona), dia yang selalu menjadi pemerhati nomer satu selain keluargaku.
Satu minggu terakhir ini, semua kemanisan itu seakan berubah,  berawal dari dia tidak mengirimkan pesan singkat satu hari, aku juga melakukan hal sama. Satu hari berikutnya, sama. Tiga, Empat, hingga delapan hari terhitung hari ini, dia tidak kunjung nampak di layar monitor HP ku.  Aku merasa dia sudah berubah. Apa yang salah dengan hubungan ini? Apakah karena ada JARAK yang menghambat kita, termasuk perasaan dan hati kita? Kurasa begitu, karena JARAk intensitas tatap muka kita minim bahkan bisa dibilang sangat minim sekali. Bukankah suatu perasaan sayang tidak hanya lewat tatap muka, justru hati yang seharusnya ‘berbicara’. Sayang? aku tak tahu apa sebenarnya perasaanku padanya, sampai detik ini pun, aku belum mengerti arah hatiku berjalan kemana. Yang jelas, aku bahagia saat menerima perhatian darinya.
Keputusan ini akhirnya yang ku buat, aku enggan lama-lama penasaran dengan dirinya yang entah sedang melakukan apa disana. Keputusan yang benar-benar memerlukan keberanian tingkat tinggi (bagiku), sekedar untuk mengetikkan huruf pada keypad HP seakan ku tak mampu, kalimat demi kalimat yang kurasa sudah cukup tepat kuketik. Inti dari kalimat panjang tersebut yaitu aku ingin hubungan kita berakhir sampai disini atau istilahnya PUTUS. Secepat inikah hubungan ini berakhir? Namun perasaanku padanya apakah sama juga akan berakhir? Sekali lagi, aku tidak tahu.
Setelah ku kirimkan pesan singkat (menghabiskan 320 karakter sebenarnya), aku menunggu balasan darinya. Satu jam, belum juga dia membalasnya. Mengapa dia ‘senang’ menggantungkan perasaanku? Tak tahu apa, disini aku galau menunggu kalimat yang keluar darinya. Bagaimana jika dia tidak ingin membalasnya? hatiku semakin kacau, bingung, bimbang, gundah gulana, apalah itu istilahnya. Apakah pesanku tidak terkirim? Apakah dia mengganti nomor Handphonenya? Atau Apakah dia sudah menghapus nomorku dari Handphonenya? Atau Apakah dia marah lantas tidak ingin membalasnya? Atau Apakah dia sudah tak mengganggapku lagi selama delapan hari ini?. Kemungkinan-kemungkinan itu belum bisa kupastikan hingga saat ini.  Semoga beberapa menit lagi kemungkinan itu tejawab entah benar atau tidak mengenai dugaan-dugaanku diatas. Hingga aku memposting tulisan ini, tak ada jawaban dari segala tanyaku yang ia jawab. 

4/12/2014

Kamis, 3 April 2014

Aku belajar apa itu arti keikhlasan. Hari itu, pagi yang indah seperti hari-hari biasanya aku lewati. Berangkat ke kampus dengan riang hati karena memang hari kamis jadwal kuliah hanya sampai pukul 2. Selain itu, rencana memberi kado ulang tahun bersama Belinda dan Deflo untuk sahabat kami, Marissa. Siang hari, kabar baik lagi-lagi datang, aku dan teman-teman Marissa lain diajak ke Botani Square untuk makan-makan, sebagai perayaan hari ulang tahun marissa. Kami berdelapan (aku, marissa, deflo, nurul, intan, erin, inggi, ayu) berangkat menuju Botani Square sekitar pukul 3. Berangkat dengan candaan khas kami. Tawa, senyum,bahagia tersirat dari sudut wajah kami. Sesampainya di pemberhentian angkot, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Terpaksa, kami menerobos hujan meskipun satu payung kecil terdiri dari 3 orang, hanya nurul dengan intan yang berdua. Tepat anak tangga terakhir di jembatan penyebrangan, HP ku bergetar, Mama yang menelponku. Sesegera mungkin aku angkat, Fix aku langsung lemas ketika mama diseberang telepon  berbicara jika Baput (Kakek aku) meninggal. Mama menyuruhku segera pulang ke rumah (di cibinong), namun aku putuskan untuk sholat ashar terlebih dahulu. Teman-temanku yang sedang jalan seketika berhenti melihat raut wajahku sedih. Setelah aku katakan siapa yang menelpon dan apa yang dikatakan si penelpon, mereka ikut berduka cita dan terus menyemangatiku agar tetap kuat. Setelah sholat ashar, kami pergi ke tempat makan Pizza Hut, sebenarnya aku bingung antara ingin pulang tapi aku tidak ingin menghancurkan acara teman-temanku ini. Mama kembali menelpon, kali ini nada bicaranya lebih keras dibandingkan sebelumnya. Aku dengan tergesa-gesanya pamit ke teman-teman dan menuju keluar dari mall. Dengan langkah gontai aku berjalan cepat, menerobos sekurumunan orang, menaiki dan menuruni jembatan penyebrangan yang licin bekas hujan deras tadi. Miniarta (seperti minibus) datang, aku segera naik kendaraan yang sebenarnya kurang layak lagi untuk digunakan. Baru ada satu penumpang didalam, aku duduk. Aku merogoh kantong tas sisi depan, ada yang aneh kantong tas sisi depan itu terbuka, ah mungkin aku tadi lupa menutupnya setelah menerima telepon dari mama. Kucoba menemukan HP ku didalam kantong tas tersebut, tanganku tak juga menemukannya. Aku mencoba mencari di kantong lain di setiap bagian tas, hasilnya tetap nihil. Disitu, aku sempat terdiam beberapa detik. Kemudian aku segera turun kembali dari miniarta itu menuju tangga dan jalan menuju mall tadi, mencari sebuah HP nokia C1, memang tidak sebagus HP yang akhir-akhir ini laku di pasaran. Aku kembali menuju miniarta dan tak terasa air mataku sudah jatuh di pipiku. Aku menangis Kawan. Dihari yang sama dan dalam waktu yang sangat berdekatan, aku kehilangan dua hal yang paling berharga dalam hidup aku. Pertama, kehilangan sosok kakek untuk selama-lamanya. Kedua, kehilangan HP kesayangan yang sudah menemani hari-hariku selama hampir tiga tahun.  Disaat itu juga, aku bertanya inikah arti keikhlasan yang banyak dikatakan orang??? Aku belajar untuk mengikhlaskan hal yang aku cintai untuk “pergi”. Sesuatu hal didunia ini pasti akan “pergi” karena semua yang kita punya bukan seutuhnya milik kita, Allah lah mutlak memiliki semua hal yang ada di dunia ini.

3/21/2014

21 maret 2014

Hari ini, 21 Maret 2014. 20 tahun yang lalu aku terlahir di dunia yang fana ini. Hah 20 tahun??? iya 20 tahun, engga usa kaget gitu. Aku pun antara sadar tidak sadar akan usiaku yang telah menginjak "kepala 2" ini. Sadarnya memang menurut perhitungan matematika jika 2014-1994=20. Tidak sadarnya berasa masih umur 17an, ya dari sikap, gaya berpakaian masi terlihat seperti Anak SMA, oya wajah aku pun masi imut seperti anak 17-an looh (katanya).
Dua puluh tahun sepertinya menjadi angka awal menuju yang namanya jadi orang dewasa, dewasa dalam bersikap,berpikir,berkomitmen,berprinsip, dan tau arah yang akan dilakukan esok hari. Di usia 20 tahun ini semoga semakin dewasa, engga cengeng, engga sering galau, bisa memberikan aura positif bagi orang-orang disekitarku, pokoknya menjadi wanita yang berkualitas.amiin. Dan mimpi-mimpi yang kutuliskan dalam selembar kertas dapat terwujud, termasuk bisa menginjakkan kaki di kota paris. amiin ya Allah.

2/26/2014

Si manis pemberi rasa senang

Ide postingan kali ini didapat setelah aku selesai memakan makanan yang cukup digemari dikalangan masyarakat baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun lansia (loh ??).  Asal coklat yang kumakan ini yaitu pemberian sepupu aku yang baik hati sekali (dia juga dapet dikasih orang sih sebenernya). Setelah aku memakannya, katanya si coklat bisa ngebuat perasaan orang yang memakannya menjadi senang (katanya yaa). Daripada aku penasaran, aku cari aja di mbah google, dan menurut alamat web http://www.metris-community.com/temukan-manfaat-coklat-dibalik-kelezatannya/ ada 10 manfaat akibat memakan coklat loh. Kalian bisa membuka secara rinci penjelasan mengenai manfaat coklat lewat alamat web tersebut.
Begini rangkumannya. Ternyata Coklat mengandung vitamin P yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat meningkatkan aliran darah dan bisa menghentikan pertumbuhan kanker. Mengonsumsi coklat juga dapat membuat kita menjadi lebih tenang dan freh karena mengandung bahan kimia yaitu serotonin serta bisa membuat perasaan menjadi senang karena coklat dapat meningkatkan hormon endorfin. Dampak dari perasaan senang, tenang, dan lebih fresh akan berdampak pada kinerja otak loh kawan sehingga mengonsumsi coklat bisa juga untuk meningkatkan kinerja otak (baca:lebih cerdas). Oleh karena itu makanlah coklat kawan namun jangan keseringan ntar bukannya senang malah sakit gigi :) .

1/21/2014

Long Distance Relationship

Postingan kali ini, aku akan membicarakan mengenai sedikit pengalamanku menjadi LDR-ers (orang yang menjalani LDR). Long Distance Relationship atau biasa disingkat dengan LDR yang dalam bahasa indonesia berarti hubungan jarak jauh, itulah yang sedang kualami. Menjalani LDR itu banyak banget halangannya, diantaranya mau teleponan aja harus menunggu timing yang pas (read : sama-sama ngga sibuk), ketemuan itu moment yang langka banget (kaya minyak tanah aja langka), salah paham itu sering banget terjadi padahal karena masalah sepele (contoh : engga sms seharian), negative thinking itu kadang hinggap dalam pikiran, rasa kangen itu pasti menerpa setiap hari setiap jam setiap menit setiap detik (kok jadi alay gini?). Itulah hal-hal tersebut yang kini kualami selama menjalani LDR. Mungkin nasib kalian yang sama sepertiku bisa merasakan "Tantangan" menjalani hubungan jarak jauh. Memang LDR itu ribet, namun yakinlah Heei kalian para LDR-ers kalo "Dibalik LDR yang ribet akan tercipta kebahagiaan kelak".

1/01/2014

Selamat datang 2014. Selamat tinggal 2013

Di tahun 2013, banyak hal yang aku dapet. Dari hal pendidikan, nilai IP relatif stabil, mendapat "Rekomendasi" pada uji kompetensi Analisis Gravimetri, dapat menjalani semester 3 dengan baik dan tinggal melaksanakan UAS, dan di akhir tahun 2013, aku mendapatkan beasiswa, termasuk 1 dari sekian puluh orang yang berada dalam rentang IP diatas 3,10 . Dalam hal "pribadi", di tahun 2013, ada seseorang yang mengisi hatiku dan dia yang mampu membuat hari-hariku menjadi lebih berwarna. Seseorang yang tak pernah kusangka sebelumnya untuk bisa singgah dihatiku, malah seseorang yang kutunggu tak kunjung datang. Memang rencana-Nya sungguh tak terduga. Di pertengahan tahun 2013, akhirnya aku bisa memiliki sebuah Laptop yang sangat berguna untuk kegiatan pendidikanku dan seringkali untuk hiburan akan kepenatan mengerjakan tugas kuliah. Di tahun 2013, alhamdulillah, rezeki selalu mengalir, selalu cukup untuk ongkos ke kampus, makan, dan membeli keperluan kuliah, kadang juga untuk nonton film di bioskop. Bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang selalu diberikan kepadaku selama tahun 2013. Semoga di tahun 2014, keinginan-keinginan yang sudah kutuliskan dalam selembar kertas dapat terwujud atas Izin-Nya. Amin.

Kamu dan Lembaran Baru (4)

 Hari-hariku sekarang dipenuhi dengan kehadiranmu, ada kalanya kita bahagia, ada kalanya kita kecewa. Tak jarang aku kecewa karenamu, begitu...