10/28/2014

 Selasa malam, 28 Oktober 2014 pukul 20:09

Terimakasih...
Malam ini air mataku tumpah saat mengetahui suatu fakta. Aku ingin bertanya kepadamu, Kenapa kamu tega ‘memainkan’ perasaanku? Kamu bilang kamu sayang sama aku, kamu bilang kamu sudah tidak menjalin hubungan dengan seorang perempuan itu. Tapi apa?? Aku lihat di akun facebook mu sebuah tulisan status dia tentangmu, lebih tepatnya tentang kalian. Aku bodoh, kenapa aku langsung percaya kepadamu?? Mustahil kamu masih menyimpan rasa yang dulu pernah kau berikan hanya padaku. Aku hanya terlalu kepedean, terlalu yakin akan rasaku ini terhadapmu, tapi kenyataannya keyakinan perasaanku tak sebanding dengan perasaanmu.
Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih atas rasa sakit yang telah kauberikan ini. Aku akan pergi dari kehidupanmu. Aku berusaha akan melupakan kamu, meskipun aku tak tahu kapan aku bisa melakukannya. Kamu berhak bahagia dengannya, bukan denganku yang terlalu rapuh saat menerima kenyataan ini. Terimakasih sudah mengijinkanku untuk ‘memiliki’ hatimu meskipun itu fana. Terimakasih sudah membuat hari-hariku diiringi senyum akhir-akhir ini. Terimakasih atas rayuan-rayuan kamu meskipun itu hanya terucap lewat mulutmu bukan dari hatimu. Terimakasih sudah membuat aku merasa menjadi perempuan yang paling bahagia. Terimakasih karena kamu berhasil menjadi inspirasi dalam khayalanku. Terimakasih atas harapan yang sempat kamu berikan kepadaku. Terimakasih atas obrolan dan candaan hangat yang kamu lontarkan lewat telepon. Terimakasih atas perhatian kamu. Sekali lagi terimakasih dan semoga kamu benar-benar menemukan kebahagiaanmu.

    Dari aku, perempuan yang terlalu berharap lebih akan perasaanmu.
    Untuk kamu, lelaki yang membuat air mataku tumpah malam ini.

10/02/2014

Tentang Aku dan Kamu

Apa mungkin ya rasa sayang dapat bertahan selama lebih dari 5 tahun tapi tanpa ada status pacaran dan jarang untuk saling bertatap muka?
Jawabannya mungkin ada. Ya, salah satunya kamu. Pernyataan kamu via telepon tadi membuat aku yakin akan pertanyaan diatas. Saat kutanya mengapa hal itu bisa terjadi? jawabanmu simple tapi penuh makna menurutku. “Aku ngga punya alasan untuk terus sayang ke kamu” itulah jawabanmu.
Aku akan selalu ingat, perjuangan kamu terhadapku. Semenjak kelas 3 SMP hingga sekarang. Dari mulai aku tidak terlalu menanggapi hingga aku dapat menjadikanmu lelaki nomor satu dihatiku. Entah aku sendiri tak tahu kapan persisnya. Perasaan itu mengalir begitu saja seiring dengan kegigihan kamu. Oya, aku ingat. Mungkin aku mulai menyimpan rasa itu setelah aku mulai kehilangan kamu. Saat itu, kamu berhenti memberi perhatian terhadapku dan setelah aku cari tahu ternyata kamu sudah memiliki kekasih hati. Ya, disaat itu aku mulai sangat merasa kehilangan kamu. Mungkin benar ada suatu kata mutiara dari kahlil gibran yang kira-kira seperti ini “Cinta akan terasa kedalamannya saat perpisahan tiba”. Aku tahu, mungkin kamu merasa lelah terhadapku, terhadap hubungan kita waktu itu yang terlihat begitu semu.
Sekarang, kamu datang kembali ke hidupku. Kamu mau tahu apa perasaanku saat kamu datang lagi? Aku akui, aku senang sekali hingga aku senyum-senyum sendiri meskipun kamu Cuma nge-ping lewat pesan BBM. Rencana Tuhan memang indah. Aku kembali di ‘pertemukan’ denganmu. Dengan kita yang sudah berbeda. Berbeda dalam hal usia, pemikiran, sikap. Namun, masih tetap sama akan perasaan kita masing-masing.
Aku bahagia saat ini, meskipun aku dan kamu dipisahkan oleh jarak dan waktu. Aku berada di Bogor, Kamu berada di Pontianak. Aku sedang menempuh pendidikan D3 Analisis Kimia dan Kamu sedang menjalani pendidikan sebagai pengabdi negara. Tapi aku yakin kita dapat memandang langit yang sama. Langit yang berperan sebagai perantara dan penyampai rinduku padamu.
Pasti kalian bertanya-tanya kok bisa dua orang yang tidak pernah bertemu lagi setelah bertahun-tahun tapi masih menyimpan rasa satu sama lainnya? Aku sendiri tidak pernah bisa memecahkan pertanyaan itu, dia juga tidak bisa. “Kita tidak memiliki alasan untuk rasa sayang yang tulus”.

                                                                                Untuk Kamu yang jauh di seberang pulau sana.
                                                                                Dari Aku yang selalu tersenyum saat ‘bersama’ denganmu.

Kamu dan Lembaran Baru (4)

 Hari-hariku sekarang dipenuhi dengan kehadiranmu, ada kalanya kita bahagia, ada kalanya kita kecewa. Tak jarang aku kecewa karenamu, begitu...