12/16/2013

Laporan Praktikum Teknik Preparasi Sampel



PERCOBAAN 8
TEKNIK PREPARASI SAMPEL HASIL PERTANIAN

Sub Judul       :    1.  Preparasi Sampel Jagung dalam Analisis Aflatoksin B1
Tujuan :
            Melakukan preparasi sampel pada hasil pertanian (jagung) dalam analisis aflatoksin B1 dengan prosedur yang baik dan benar.
Prinsip :
Biji jagung dikeringkan dan dihaluskan hingga menjadi serbuk halus. Kemudian diekstraksi menggunakan etanol yang selanjutnya dilakukan pengocokan menggunakan shaker dan pemisahan endapan dari larutan menggunakan sentrifuge.

Dasar Teori :
Jagung merupakan salah satu sumber karbohidrat yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Jagung juga kaya akan serat dan sejumlah zat gizi lainnya seperti vitamin B, dan C, karoten, kalium, zat besi, magnesium, fosfor, omega 6, dan lemak tak jenuh yang dapat membantu menurunkan kolesterol. Jagung dapat diolah menjadi berbagai masakan yang enak, seperti direbus, dibakar maupun dijadikan sebagai pop corn. Dibalik rasanya yang lezat, jagung memiliki banyak sekali manfaat untuk kesehatan tubuh, di antaranya:
1.                   Merawat kulit 
Jagung kaya akan antioksidan yang membantu menjaga kulit tetap muda lebih lama. Terlepas dari konsumsi secara teratur, jagung dapat diaplikasikan sebagai minyak jagung merupakan sumber yang kaya asam linoleat. Pati jagung juga berguna menenangkan iritasi kulit dan ruam.




2.         Mencegah anemia
jagung manis bermanfaat bagi kesehatan karena kaya akan vitamin B dan asam folat yang dapat mencegah anemia.
3.         Melancarkan air seni
Jagung kaya kalium yang bersifat diuretik (melancarkan air seni) sehingga bisa mengatasi iritasi saluran kemih, menurunkan kadar asam urat, dan mencegah batu ginjal.
4.         Mengontrol kolesterol
Vitamin C, karotenoid dan bioflavinoids yang terkandung dalam jagung manis menjaga jantung tetap sehat dengan mengendalikan kadar kolesterol dan meningkatkan aliran darah dalam tubuh.
5.         Melancarkan ASI
Untuk ibu-ibu sepertinya wajib mengonsumsi jagung rebus, karena jagung rebus berguna untuk memperlancar air susu ibu.
6. Melancarkan pencernaan
Jagung mengandung serat sehingga bermanfaat besar bagi sistem pencernaan. Selain itu, jagung bisa mencegah sembelit, wasir, dan menurunkan risiko kanker usus besar.
Jagung merupakan salah satu komponen penting dalam pakan ternak. Keperluan jagung untuk pakan dan industri pangan lebih besar dibanding untuk konsumsi langsung. Kebutuhan jagung untuk pakan diproyeksikan meningkat dari 3,34 juta ton pada tahun 2005 menjadi 4,90 juta ton pada tahun 2010 (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2007). Komposisi jagung pada pakan ternak mencapai 60%. Oleh karena itu, penggunaan jagung yang berkualitas baik sangat penting untuk menghasilkan pakan yang bermutu baik. Masalah yang sering timbul dalam pemanfaatan jagung sebagai bahan pangan maupun pakan adalah kontaminasi senyawa aflatoksin. Senyawa ini dihasilkan oleh kapang Aspergilus flavus yang umumnya tumbuh pada jagung yang berkadar air tinggi (>15%) akibat cara penyimpanan yang kurang benar (Rachmawati 2004).
Secara kasat mata, kandungan aflatoksin pada jagung dapat terlihat pada biji maupun tongkol yang berwarna semu ungu sampai ungu, dan bila dilihat pada lampu florescens, warna ungu tersebut akan berpendar. Namun, cara tersebut hanya dapat digunakan bila kandungan aflatoksin pada jagung sudah tinggi. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 2000), kadar aflatoksin maksimal pada jagung untuk pakan adalah 50 ppb (part per billion).
Aflatoksin yang dihasilkan jamur aflatoksigenik terdapat pada tanaman jagung, barley, kacang, beras, jagung, kedelai, gandum, dan biji sogum. Selain itu aflatoksin dapat dipoduksi Aspegillus flavus pada biji-bijian, buah, daging, keju, poduk olahan, dan rempah-rempah. Aflatoksin bila terakumulasi pada tubuh baik manusia maupun ternak dapat mengakibatkan hepatotoksik (kerusakan pada hati), hepatokasinogenik (kanker hati), mutagenik (menimbulkan mutasi), teatogenik (menimbulkan penghambatan pada pertumbuhan janin), maupun immunosupresif (kehilangan immunitas) (Heathcote and Hibbert, 1978).
                                    
Secara alami aflatoksin terdiri dari 4 (empat) komponen induk yaitu aflatoksi B1 (AFB1), aflatoksin B2 (AFB2), aflatoksin G1 (AFG1), dan aflatoksin G2 (AFG2) (Makfoeld., 1994). Selain keempat jenis aflatoksin tersebut masih ada jenis lain yaitu aflatoksin M1, M2, GM1, GM2, B2a, G2a, M2a, dan GM2a. Aflatoksin B1 memiliki toksisitas yang paling tinggi diikuti beturut-turut oleh G1>B2>G2. Aflatoksi B yang mempunyai daya racun yang paling kuat dapat berubah menjadi jenis aflatoksin lain yang daya racunnya sudah berkurang.
Kontaminasi jamur penghasil aflatoksin dapat terjadi pada saat tanaman tumbuh, saat panen, selama penyimpanan, dan prosessing. Pada saat tanaman masih tumbuh di daerah pertanian maka harus diperhatikan supaya jamur penghasil toksin ini tidak dapat mengkontaminasi tanaman dengan melakukan pemupukan yang benar dan pemberantasan hama penyakit. Panen harus dilakukan dengan baik, tidak terdapat bahan yang dicurigai sebagai sumber kontaminan dan disimpan dengan kadar air yang sesuai. Kondisi penyimpanan harus diperhatikan meliputi kelembaban udara, dan temperatur ruang penyimpanan.
Bahan yang sudah terkontaminasi oleh toksin perlu dilakukan detoksifikasi sebelum bahan tersebut digunakan untuk berbagai keperluan terutama sebagai bahan makanan. Detoksifikasi bukan hanya menurunkan konsentrasi toksin pada tingkat yang aman, tetapi juga tidak menghasilkan produk degradasi yang bersifat toksin, atau mengurangi nutrisi atau sifat palatabilitas dari komoditi. Dalam usaha detoksifikasi perlu diperhatikan beberapa hal yaitu prosesnya sederhana, memungkinkan dilaksanakan dengan teknologi yang ada, dan ekonomis. Detoksifikasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu secara fisik, kimia, dan biologi (Smith et all., 1994).

Bahan :
·         Jagung
·         Etanol 60%
Alat :
·         Copper
·         Erlenmeyer
·         Neraca analitik digital
·         Gelas Ukur
·         Tabung Sentrifuge
·         Shaker
·         Sentrifuge


Cara Kerja :
Sampel biji jagung dikeringkan dan dihaluskan lalu sampel diayak sampai halus. Sampel jagung yang telah halus dan berbentuk serbuk ditimbang sebanyak 10,0014 gram pada erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 50 mL etanol 60% . Erlemeyer ditutup dengan alumunium foil, kemudian dilakukan pengocokan pada alat Shaker selama 15 menit. Setelah itu, larutan dituangkan ke dalam 4 tabung sentrifuge dengan volume yang sama. Kemudian di lakukan pemisahan larutan dengan endapan dengan alat Sentrifuge dengan kecepatan 1000 rpm selama 15 menit. Larutan yang jernih diambil untuk analisis lebih lanjut.

Data Pengamatan :
·         Nama contoh uji          : Jagung
·         Deskripsi contoh uji    : Serbuk halus berwarna kuning

Hasil Percobaan
·         Bobot jagung : 10,0014 gram
·         Sampel jagung dalam bentuk serbuk kuning halus berbobot 10,0014 gram ditambahkan 50 mL etanol 60 % kemudian erlenmeyer sebagai wadah ditutup dengan aluminium foil kemudian dilakukan pengocokan menggunakan alat Shaker selama 15 menit menghasilkan larutan putih kekuningan, endapan kuning. Kemudian larutan dituang ke dalam empat tabung sentrifuge dengan volume larutan yang sama. Dilakukan pemisahan antara endapan dengan larutan menggunakan alat Sentrifuge selama 15 menit pada kecepatan 1000 rpm menghasilkan larutan kuning jernih, endapan putih. Larutan kuning jernih digunakan untuk analisis aflatoksin B1.

Pembahasan
Aflatoksin merupakan senyawa yang beracun dengan sifat tidak larut dalam air, stabil terhadap panas serta perlakuan fisik dan kimiawi, sehingga tidak hilang dalam proses pengolahan. Diduga pula bahwa aflatoksin ini tidak hilang dalam proses pencernaan dan metabolism dalam tubuh manusia dan hewan. Oleh karena sifat-sifat aflatoksin tersebut dapat terakumulasi dalam tubuh manusia dan hewan yang dapat menyebabkan efek hepatoksik (kerusakan hati), heparkarsinogenik (kanker hati), mutagenic, teratogenik, dan bersifat imunosupresif yaitu menekan kekebalan tubuh.
Pada preparasi sampel jagung dalam analisis aflatoksin B1. Sampel jagung harus berupa serbuk halus agar dapat mempermudah saat pelarutan dengan etanol 60%. Setelah itu dilakukan pengocokan menggunakan Shaker agar mempercepat ekstraksi aflatoksin B1 ke dalam etanol 60%. Setelah proses ekstraksi dalam Shaker, dilakukan proses pemisahan endapan dengan larutan dengan alat sentrifuge. Didapatkan hasil larutan berwarna kuning jernih dan endapan putih. Larutan kuning jernih digunakan sebagai bahan untuk analisis aflatoksin B1 pada jagung.

Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, pada teknik preparasi sampel jagung dalam analisis aflatoksin melalui teknik ekstraksi menggunakan etanol 60% dan alat Shaker untuk mempercepat ekstraksi aflatoksin B1 ke dalam etanol 60%. Pemisahan endapan dengan larutan menggunakan alat Sentrifuge. Larutan kuning jernih yang diperoleh digunakan untuk bahan analisis aflatoksin B1 pada jagung.

Daftar Pustaka
·         Badan POM RI. 2007. Food Watch. Sistem keamanan pangan terpadu.Aflatoksin. Jakarta Vol. 2
·         Day and Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
·         Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
·         Nugroho, D.A., 2005. Penurunan cemaran aflatoksin B1 pada pengolahan emping jagung. Thesis. Fakultas Ilmu dan Teknologi Pangan. Universitas Gadjah Mada.
·         Rachmawati,S. 2005. Aflatoksin pada pakan di Indonesia : Persyaratan kadar dan peraturan perundang-undangannya. Wartazoa 4(1): 26-35.












Sub Judul : 2. Preparasi Sampel Tanaman Bayam pada Analisis Kadar Besi
Tujuan :
Melakukan teknik preparasi sampel tanaman bayam pada analisis kadar besi dengan prosedur yang baik dan benar
Prinsip :
Sampel tanaman bayam yang telah berupa serbuk didestruksi dengan pendestruksi asam kuat yaitu H2SO4 (p) dan HNO3 (p). Penambahan HNO3 (p) dilakukan setelah larutan mendidih dan dingin. Diperoleh larutan tidak berwarna.
Dasar Teori
Bayam (Amaranthus sp) adalah sayuran berdaun hijau yang dalam bahasa Persia berarti tangan hijau, merupakan salah satu sayuran terbaik. Sayuran ini memiliki banyak manfaat kesehatan dan nilai gizi.
Setiap 100 gram bayam terkandung 2,3 gram protein; 3,2 gram karbohidrat; 3 gram besi dan 81 gram kalsium. Bayam juga kaya akan berbagai macam vitamin dan mineral, yakni vitamin A, vitamin C, niasin, thiamin, fosfor, riboflavin, natrium, kalium dan magnesium. Selain itu, bayam juga mengandung antioksidan esensial dan fitokimia yang membantu melindungi tubuh terhadap berbagai penyakit. Berikut adalah beberapa manfaat kesehatan dari bayam, seperti dikutip dari healthonlinezine.
Bayam mengandung zat anorganik yang mempunyai sisi positif dan negatif bagi tubuh. Diantara sisi positif zat anorganik itu salah satunya adalah kandungan besi (Fe). Besi dapat berfungsi sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh (pada sel darah merah), tapi juga mempunyai efek negatif terhadap tubuh, yaitu muntah, diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala, mengigau dan pingsan. Diperkirakan jumlah besi yang dikeluarkan tubuh sekitar 1,0 mg/hari, untuk wanita ditambah 0,5 mg hilang karena menstruasi. Jumlah besi yang diserap hanya sekitar 10% maka konsumsi yang dianjurkan adalah 10 mg untuk orang dewasa per hari, 18 mg untuk wanita per hari dengan usia 11-50 tahun.
Kandungan zat besi dalam tubuh manusia sekitar 4 gram dan bersifat esensial. Zat besi tersimpan pada sel-sel darah merah dan sel-sel otot. Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat. Besi melebur pada 1535oC. Biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida, dan sulfida dari besi serta sedikit grafit.
Garam-garam besi(II) atau fero diturunkan dari besi (II) oksida (FeO). Dalam larutan, garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion-ion gabungan dan kompleks-kompleks sepit yang berwarna tua adalah juga umum. Ion besi(II) dapat dioksidasikan menjadi besi(III), maka besi(II) merupakan zat pereduksi kuat.
Garam besi (III) atau feri diturunkan dari oksida besi (III), Fe2O3. Besi(III) lebih stabil dibandingkan besi(II). Dalam larutan ion Fe3+ berwarna kuning muda. Jika larutan mengandung klorida, warna semakin kuat.
Destruksi basah adalah proses perombakan logam organik dengan menggunakan asam kuat, baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi menggunakan zat oksidator sehingga dihasilkan logaman organik bebas. Destruksi basah sangat sesuai untuk penentuan unsur-unsur logam yang mudah menguap. Pelarut-pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi basah adalah HNO3 dan HClO4. Pelarut-pelarut tersebut dapat digunakan secara tunggal maupun campuran. Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan destruksi yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut sempurna atau perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik. Senyawa-senyawa garam yang terbentuksetelahdestruksimerupakansenyawagaram yang stabil dan disimpan selama beberapa hari. Pada umumnya pelaksanaan kerja destruksi basah dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldhal (Raimon, 1993).
            Sifat dan karakteristik asam pendestruksi yang sering digunakan antara lain:
1)         Asam sulfat pekat sering ditambahkan ke dalam sampel untuk mempercepat terjadinya oksidasi. Asam sulfat pekat merupakan bahan pengoksidasi yang kuat. Meskipun demikian waktu yang diperlukan untuk mendestruksi masih cukup lama.
2)         Campuran asam sulfat pekat dengan kalium sulfat pekat dapat dipergunakan untuk mempercepat dekomposisi sampel. Kalium sulfat pekat akan menaikkan titik didih asam sulfat pekat sehingga dapat mempertinggi suhu destruksi sehingga proses destruksi lebih cepat.
3)      Campuran asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat banyak digunakan untuk mempercepat proses destruksi. Kedua asam ini merupakan oksidator yang kuat. Dengan penambahan oksidator ini akan menurunkan suhu destruksi sampel yaitu pada suhu 350 0C, dengan demikian komponen yang dapat menguap atau terdekomposisi pada suhu tinggi dapat dipertahankan dalam abu yang berarti penentuan kadar abu lebih baik.
4)         Asam perklorat pekat dapat digunakan untuk bahan yang sulit mengalami oksidasi, karena perklorat pekat merupakan oksidator yang sangat kuat. Kelemahan dari perklorat pekat adalah sifat mudah meledak (explosive) sehingga cukup berbahaya, dalam penggunaan harus sangat hati-hati.
5)      Aquaregia yaitu campuran asam klorida pekat dan asam nitrat pekat dengan perbandingan volume 3:1 mampu melarutkan logam-logam mulia seperti emas dan platina yang tidak larut dalam HCl pekat dan HNO3 pekat. Reaksi yang terjadi jika 3 volume HCl pekat dicampur dengan 1 volume HNO3 pekat:
3 HCl(aq) + HNO3(aq)   →   Cl2(g) + NOCl(g) + 2H2O(l)
Gas klor (Cl2) dan gas nitrosilklorida (NOCl) inilah yang mengubah logam menjadi senyawa logam klorida dan selanjutnya diubah menjadi kompleks anion yang stabil yang selanjutnya bereaksi lebih lanjut dengan Cl-.
Kegunaan dari Destruksi Basah:
  • Memperoleh unsur sampel dalam bentuk yang sesuai dengan metode yang digunakan.
  • Mengurangi gangguan dari unsur lain atau zat pengotor
  • Membuat konsentrasi unsur yang terdapat dalam sampel berada dalam batas-batas yang diperlukan.
MSDS HNO3
·         Informasi keselamatan berdasarkan GHS
Hazard Statement(s)
 H272: Dapat memperhebat api, pengoksidasi.
H290: Dapat merusak logam-logam.
H314: Menyebabkan luka bakar pada kulit dan kerusakan mata yang serius.


Precautionary Statement(s) P280: Gunakan pakaian/ sarungtangan pelindung / pelindung mata/ muka.
P301 + P330 + P331: JIKA TERTELAN: Berkumurlah. JANGAN memancing muntah.
P305 + P351 + P338: JIKA TERKENA MATA: Bilas secara hati-hati dengan air selama
beberapa menit. Lepas lensa kontak, jika digunakan dan mudah melakukannya. Lanjutkan
membilas.
P309 + P310: Jika terpapar atau Anda merasa tidak sehat: Segera telponlah PUSAT

·         Hazard Pictogram(s)
                             
Oksidator                               Korosif


·         Kelas penyimpanan : 5.1B Bahan berbahaya yang mengoksidasi
·         WGK : WGK 1 agak berbahaya untuk air

·         Informasi keselamatan kerja
Frase R : R 35 Mengakibatkan luka bakar yang parah.
Frase S S 26-36/37/39-45
Jika kena mata, segera bilas dengan banyak air dan dapatkan bantuan medis.Pakai pakaian
pelindung, sarung tangan, dan pelindung mata/wajah yang sesuai.Jika terjadi kecelakaan
atau jika merasa tidak enak badan, segera dapatkan bantuan medis (tunjukkan label jika
mungkin).





MSDS H2SO4
Nama produk
Sulfuric acid-d2
Sinonim
Sulfuricacid; DEUTERATED SULFURIC ACID; (~2~H_2_)sulfuric acid
MF
D2O4S
Berat Molekul
100.0908
InChI
InChI=1/H2O4S/c1-5(2,3)4/h(H2,1,2,3,4)/i/hD2
CAS NO
13813-19-9
EINECS
237-464-0
Struktur Molekul
13813-19-9 Sulfuric acid-d2
Kepadatan
2.245g/cm3
Titik didih
330°C at 760 mmHg
Indeks bias
1.537
Simbol bahaya
http://cheman.chemnet.com/cn/images/C.GIF C:Corrosive;
Kode Risiko
R35: Menyebabkan luka bakar yang parah
Keselamatan Deskripsi
S26: Dalam kasus terjadi kontak dengan mata, segera bilas dengan banyak air dan dapatkan bantuan medis
S30: Jangan menambahkan air ke produk ini
S45: Segera dapatkan bantuan medis (tunjukkan label jika mungkin)
Bahan :
·         Bayam
·         H2SO4 (p)
·         HNO3 (p)
Alat :
·         Lumpang
·         Oven
·         Gelas Piala
·         Neraca Analitik Digital
·         Labu Takar

Cara Kerja :
Sampel bayam dicuci dan dibersihkan kemudian dikeringkan dalam oven. Sampel bayam yang sudah kering digerus hingga menjadi serbuk kering. Serbuk bayam ditimbang sebanyak 0,4990 gram dalam gelas piala kemudian ditambahkan 10 mL H2SO4 (p) hingga larut. Kemudian dipanaskan sampai mendidih (±15 menit) sampai larutan berkurang hingga kering. Didinginkan, setelah dingin ditambahkan 1 mL HNO3 (p). Kemudian dipanaskan kembali diatas hot plate.

Data Pengamatan :
·         Nama contoh uji          : Bayam
·         Deskripsi contoh uji    : Serbuk kering berwarna coklat kehitaman

Hasil Percobaan
·         Bobot biskuit gandum : 0,4990 gram
·         Serbuk kering bayam sebanyak 0,4990 gram yang berwarna coklat kehitaman ditambahkan 10 mL H2SO4 (p)­ menghasilkan larutan berwarna hitam kemudian dipanaskan hingga mendidih (±15 menit) menghasilkan suspensi padat hitam. Setelah larutan dipanaskan mendidih, volume larutan berkurang hingga kering, kemudian didinginkan. Setelah dingin, ditambahkan 1 mL HNO3 (p) kemudian dipanaskan kembali diatas hot plate sehingga diperoleh larutan jingga dan timbul uap berwarna jingga. Setelah didiamkan, larutan jingga memudar menjadi larutan kuning dengan uap jingga. Setelah uap jingga hilang larutan menjadi larutan tidak berwarna.


Pembahasan                               
Preparasi sampel pada sampel tanaman bayam pada analisis kadar besi menggunakan teknik destruksi basah. Destruksi basah merupakan perombakan logam organik dengan menggunakan asamkuat, baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi menggunakan zat oksidator sehingga dihasilkan logaman organik bebas. Pada praktikum ini, menggunakan zat pendestruksi asam kuat yaitu asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat. Campuran asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat banyak digunakan untuk mempercepat proses destruksi. Kedua asam ini merupakan oksidator yang kuat. Dengan penambahan oksidator ini akan menurunkan suhu destruksi sampel yaitu pada suhu 350 0C, dengan demikian komponen yang dapat menguap atau terdekomposisi pada suhu tinggi dapat dipertahankan dalam abu yang berarti penentuan kadar abu lebih baik.
Pada proses pemanasan ditujukan untuk menyempurnakan proses destruksi. Pemanasan memberikan energi untuk memutuskan ikatan kimia antara bayam dengan senyawa organik yang terkandung dalam bayam menjadi senyawa anorganik bebas. Kesempurnaan destruksi ditandai dengan larutan jernih tidak berwarna. Hal itu membuktikan bahwa semua konstituen senyawa organik telah larut sempurna.

Kesimpulan
Pada preparasi sampel tanaman bayam pada analisis kadar besi menggunakan teknik destruksi basah menggunakan zat pendestruksi campuran asam kuat yaitu Asam sulfat pekat dan Asam nitrat pekat. Dilakukan pemanasan untuk menyempurnakan destruksi. Kesempurnaan destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih.


Daftar Pustaka
·         Basset, J.et.al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Terjemahan Hadyana Pujaatmak Edisi Ke-4. Jakarta: EGC Kedokteran
·         Day and Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
·         Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
·         Zulkarnain, Abdul. 1991. Kimia Analisis Kualitatif. Yogyakarta : Departemen Perindustrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamu dan Lembaran Baru (4)

 Hari-hariku sekarang dipenuhi dengan kehadiranmu, ada kalanya kita bahagia, ada kalanya kita kecewa. Tak jarang aku kecewa karenamu, begitu...